Sekilas tentang Kampung atau Golo Di Manggarai NTT

Kamis, 16 Mei 2013



Kata kampung memiliki padanan dalam bahasa Manggarai yaitu beo dan golo. Kata beo dan golo sama-sama mengacu pada satuan tempat hunian tetapi antara beo dan golo memiliki  perbedaan yang mendasar.  Sebuah kampung dapat  disebut beo jika mengandung lima karakteristik utama dalam konsep hunian Manggarai yaitu mbaru gendang, wae teku, compang, boa, dan beo (satuan hunian genealogis). Konsep beo, wau, dan gendang merupakan dasar penting dalam pembentukan sebuah permukiman tradisional Sebuah golo meskipun terdapat mbaru gendang, wae teku, compang, dan boa belum tentu memiliki hubungan kekerabatan sebagai satu keturunan  wa’u (Lawang, 2004:67). Kampung Ruteng dapat disebut beo karena memiliki lima karakteristik utama  yang mempertegas identitas mereka sebagai penghuni kampung..
Pada zaman dahulu lokasi kampung dipilih berdasarkan pertimbangan keamanan, dekat dengan sumber air dan sumber makanan. Pertimbangan yang sama digunakan oleh leluhur kampung Ruteng Pu’u dalam memilih lokasi kampung yang terletak diatas sebuah bukit (golo), dekat dengan sumber air dan tanah garapan. Kampung Ruteng Pu’u berbentuk lonjong dengan hunian yang mengelompok serta berpusat pada mbaru gendang dan mbaru tambor. Pada halaman (natas) kampung terdapat sebuah bangunan megalitik yang disebut compang.(Lord Thomas)
 
BACA SELANJUTNYA - Sekilas tentang Kampung atau Golo Di Manggarai NTT