Konsep Ruang dalam pola penataan ruang kampung tradisional Manggarai

Senin, 09 Januari 2012

ruang sebagai sebuah entitas tidak bisa dilepaskan dari hidup manusia. Manusia hidup dan berkembang di dalam ruang. Selain manusia ruang merupakan alam untuk hidup segala macam tumbuhan dan hewan yang secara simultan menyokong kemampuan manusia untuk mempertahankan kehidupan. Secara eksplisit kesatuan antara manusia dan lingkungan dapat kita saksikan dalam pola hunian dan permukiman manusia. Permukiman merupakan hasil adaptasi manusia terhadap lingkungan dan didasarkan pada kepercayaan rakyatnya yang terwujud dalam lingkungan permukiman tradisional.  
Lingkungan tradisional terdiri dari beberapa ruang yang memilki fungsi dan makna masing-masing.  Masyarakat tradisional manggarai mengenal beberapa konsep mengenai ruang dalam permukiman mereka yakni, rumah atau kampung (mbaru bate kaeng), ruang publik (natas bate kaeng), kebun(uma bate duat),  mata air sebagai sumber air minum, mandi dan keperluan rumah tangga lainnya( wae bate teku) dan kuburan (boa) serta hutan (puar). Dalam persepsi orang manggarai penataan dan pembagian  ruang tersebut memiliki kesatuan makna yang tak terpisahkan satu dengan yang lain yang membentuk sebuah filosofi ruang hidup dari lahir, tumbuh dewasa, sampai kematian. Masyarakat tradisional manggarai juga mengenal beberapa ritual dan atraksi adat terkait dengan segi kehidupan dan tempat tertentu dalam permukiman. 

Ritual adat memberi penegasan akan makna dari masing-masing ruang. Contohnya ialah ritual curu molas puar (menjemput putri hutan) merupakan prosesi penjemputan  salah satu kayu terbaik di hutan untuk dijadikan siri bongkok (tiang utama) dalam rumah, ritual ini dimulai dari hutan lalu diantar ke perkampungan sambil diiringi tarian para gadis desa. Masyarakat manggarai meyakini hutan sebagai tempat yang sakral. Hutan harus dijaga karena selain memberi kehidupan hutan juga menjadi tempat tinggal roh atau arwah leluhur. Selain itu ada juga ritual adat lainnya yang mengekspresikan doa dan rasa syukur terhadap Yang Maha tinggi untuk hidup dan kerja mereka, seperti ritual atau acara pembukaan musim tanam yang dilakukan di ladang (lingko), acara syukuran atas hasil panen (penti), ritual berdoa kepada arwah para lelehur dan sebagainya.
. Kampung ruteng pu’u merupakan kampung tradisional yang masih mempertahankan bentuk ruang aslinya. Kampung tua tersebut dikelilingi oleh susunan batu yang membentuk lingkarang bundar serta di bagian tengah terdapat altar persembahan (compang) kepada arwah leluhur. Kampung ini terletak di kota ruteng kecamatan Langke Rembong, kabupaten Manggarai, NTT.  

0 komentar:

Posting Komentar